1. Identitas Buku
- Judul Buku : Negeri 5 Menara
- Nama Pengarang : Ahmad Fuadi
- Tebal Buku : 424 Halaman
- Tahun Terbit : 2009
- Nama Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
- Tempat Terbit : Jakarta
2. Sinopsis cerita
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah
menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian
runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi
berkecipak di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam
melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur.
Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi
Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.
Kehidupan
Alif selama 4 tahun menjadi santri, selalu di ikuti oleh perasaan penyesalan.
Ia tidak pernah terpikir sebelumnya untuk melanjutkan sekolahnya di sekolah
agama. Keinginan ibunya lah yang mengharuskan Alif masuk sekolah agama. Secara
terpaksa, ia harus merelakan mimpinya sekolah di SMA dengan pergi jauh dari
kampungnya.
Namun ternyata Alif mempunyai keinginan lain. Ia tak ingin melanjutkan sekolahnya kembali di madrasah. Ia ingin melanjutkan ke SMA, untuk mendalami ilmu non agama. Ia mempunyai cita-cita dan keinginan untuk merantau. Ia ingin melihat dunia luar dan ingin sukses seperti sejumlah tokoh yang ia baca di buku atau mendengar cerita temannya di desa. Namun, keinginan Alif tidaklah mudah untuk diwujudkan. Kedua orangtuanya berkata agar Alif tetap tinggal dan sekolah di kampung untuk menjadi guru agama. Namun berkat saran dari ”Mak Etek” atau paman yang sedang kuliah di Kairo, akhirnya Alif bisa merantau ke Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur. Saat itu pertama kali Alif berkenalan dengan Raja alias Adnin Amas, Atang alias Kuswandani,Dulmajid alias Monib, Baso alias Ikhlas Budiman dan Said alias Abdul Qodir.
Namun ternyata Alif mempunyai keinginan lain. Ia tak ingin melanjutkan sekolahnya kembali di madrasah. Ia ingin melanjutkan ke SMA, untuk mendalami ilmu non agama. Ia mempunyai cita-cita dan keinginan untuk merantau. Ia ingin melihat dunia luar dan ingin sukses seperti sejumlah tokoh yang ia baca di buku atau mendengar cerita temannya di desa. Namun, keinginan Alif tidaklah mudah untuk diwujudkan. Kedua orangtuanya berkata agar Alif tetap tinggal dan sekolah di kampung untuk menjadi guru agama. Namun berkat saran dari ”Mak Etek” atau paman yang sedang kuliah di Kairo, akhirnya Alif bisa merantau ke Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur. Saat itu pertama kali Alif berkenalan dengan Raja alias Adnin Amas, Atang alias Kuswandani,Dulmajid alias Monib, Baso alias Ikhlas Budiman dan Said alias Abdul Qodir.
Berkisah
tentang lima orang sahabat yang mondok di sebuah pesantren, dan kemudian
bertemu lagi ketika mereka sudah beranjak dewasa. Uniknya, setelah bertemu,
ternyata apa yang mereka bayangkan ketika menunggu Azan Maghrib di bawah menara
masjid benar-benar terjadi.
Melalui
kehidupan di pesantren yang tidak dibayangkan selama ini, ke lima santri itu
bertemu kembali di London, Inggris beberapa tahun kemudian. Dan, mereka
kemudian bernostalgia dan saling membuktikan impian mereka ketika melihat awan
di bawah menara masjid Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur.
3. Kelebihan Buku
- Alur cerita dalam novel ini menarik,sehingga membuat penasaran untuk membuka halaman berikutnya.
- Memberikan gambaran bahwa pesantrn merupakan tempat yang tida dikhususkan bagi orang yang mempunyai masalah saja,melainkan tempat menuntut lmu,memperdalam agama bagi semua orang agar menjadi lebih baik.
- . Novelnya sangat inspiratif,dilengkapi Kata dan kalimat yang sederhana, sangat mudah di pahami bagi semua kalangan pembaca.
4.
Kekurangan Buku
- Novel ini Menggunakan istilah bahasa arab yang tidak dijelaskan ,sehingga sulit untuk dipahami..Bahasa yang digunakan terlalu berlebihan,kurang sederhana.